Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode time series yang sering digunakan dalam penelitian, terutama dalam bidang ekonomi.

Menurut Gujarati (2004) ada beberapa keuntungan menggunakan VAR dibandingkan metode lainnya:
1    1. Lebih sederhana karena tidak perlu memisahkan variabel bebas dan terikat.
2    2. Estimasi sederhana karena menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) biasa.
3    3. Hasil estimasinya lebih baik dibandingkan metode lain yang lebih rumit.

Kapan kita bisa memilih menggunakan metode VAR ini?
1    1. Ketika data yang kita gunakan adalah deret waktu atau time series.
      2. Ketika kita tidak mengetahui mana variabel yang mempengaruhi (bebas) dan dipengaruhi (terikat).
3    3. Ketika data kita cukup besar (lebih dari 50 observasi).
4    4.  Ketika asumsi-asumsinya terpenuhi.

Apa saja tahapan menggunakan metode VAR?
1  1. Uji lag. Ini penting karena variabel bebas yang digunakan dalam VAR merupakan lag-lag dari variabel tersebut.





Pilih lag yang bertanda (*). Bisa memilih 3 atau 4. Semacam trial and error.

      2. Misal kita memilih lag 3. Maka gunakan lag 3 itu dalam metode VAR.



   3. Untuk analisisnya, dapat menggunakan Impulse Response Function (IRF) atau Variance Decomposition (VD)




Apa saja asumsi yang harus terpenuhi dari VAR?
    1. Semua variabel harus stasioner pada tingkat level (atau pada data dasarnya). Guna uji stasioner ini adalah untuk menghindari hasil yang spurious (tidak sesuai dengan teori, bukan karena fakta, namun karena pengaruh data yang tidak sesuia dengan asumsi). Untuk mengetahuinya dapat menggunakan beberapa uji stasioner:
a.       Metode grafik : dilihat apakah data kita berada di sekitar rata-rata, tidak ada outlier
b.      Metode correlogram (menggunakan ACF dan PACF)
c.       Metode akar unit (unit root test) : Dickey-Fuller (DF), Augmented Dickey-Fuller (ADF), Phillips-Perron
      2. Terpenuhinya asumsi normalitas, non-autokorelasi, non-multikolinieritas, dan homoskedastisitas.




*** Jika asumsi stasioner di level tidak terpenuhi, maka kita dapat berlanjut pada metode VECM.

VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR. Asumsi yang perlu dipenuhi sama seperti VAR, kecuali masalah stasioneritas. Berbeda dengan VAR, VECM harus stasioner pada diferensiasi pertama dan semua variabel harus memiliki stasioner yang sama, yaitu terdiferensiasi pada turunan pertama.

Urutan perolehan model VECM :
1. Uji lag, misal lag yang terpilih adalah 3.

2. Uji kointegrasi. Uji ini untuk mengetahui apakah ada tidaknya pengaruh jangka panjang untuk variabel yang akan kita teliti. Jika terbukti ada kointegrasi, maka tahapan VECM dapat dilanjutkan. Namun jika tidak terbukti, maka VECM tidak bisa dilanjutkan.




Karena lag yang terpilih adalah 3, maka lag pada kointegrasi tes adalah 2 (dikurangi 1 karena variabelnya terdiferensiasi).

3. Mendapatkan model VECM




Lag yang digunakan adalah 2 (karena lag terpilih – 1 = (3 – 1) = 2).

4. Untuk analisis, sama dengan VAR, yaitu menggunakan IRF dan VD.

Apa perbedaan analisis menggunakan IRF dan VD?
-          Berbeda dalam hal interpretasinya.
*      IRF : kita dapat melihat seberapa besar variabel bebas terpengaruh oleh shock / guncangan yang terjadi pada variabel terikat beberapa waktu ke depan (dalam satuan masing-masing variabel).
*      VD : kita dapat melihat seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat beberapa waktu ke depan (dalam persen)


Bagaimana mengetahui variabel apa yang mempengaruhi dan dipengaruhi untuk melakukan analisis?
Dapat menggunakan uji Granger causality sebelum masuk ke pembentukan model VAR atau VECM.




 Contoh kasus:
1.      LENDING doesn’t Granger Cause GDP à terima Hipotesis awal (karena lebih dari 0.05)
Artinya : LENDING bukanlah variabel bebas untuk GDP.
2.      GDP doesn’t Granger Cause LIFE à tolak Hipotesis awal (karena kurang dari 0.05)
Artinya : GDP merupakan variabel bebas untuk LIFE (atau LIFE merupakan variabel terikat).

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 A blog dedicated to Economics and Statistics